Selasa, 11 Maret 2014

AKTIFITAS PEMBELAJARAN MENURUT PRINSIP PSIKOLOGI PENDIDIKAN


AKTIFITAS PEMBELAJARAN
MENURUT PRINSIP PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB I  PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada empat level pembelajaran menurut Bateson  dalam Agus Nggermanto[1]; Pertama adalah pembelajaran tentang obyek, bagaimana sesuatu beradaptasi. Level kedua adalah pembelajaran bagaimana cara belajar. Level ketiga adalah belajar mengubah atau membangun suatu paradigma. Level keempat adalah belajar tentang pandangan dunia terhadap alam semesta. Pendidikan kita cenderung menggunakan dan asyik mansyuk pada level pertama, konsekwensinya belajar menjadi sebuah beban bukan kebutuhan. Belajar bukanlah keterpaksaan dan mobilisasi, tapi manefestasi kesadaran dan partisipasi karena hakekat pendidikan adalah memanusiakan manusia atas seluruh potensi kemanusiaan yang dimiliki secara kodrati. Artinya pembelajaran merupakan aktifitas bermakna pembebasan untuk mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan.[2] Maka pembelajaran yang berkualitas humanis organis dinamis dan konstruktif menjadi hal urgen dan vital dalam  proses pembelajaran.
Jika benar tesis Bateson diatas, bahwa pendidikan kita ada pada level pertama, artinya hanya mempelajari bagaimana obyek dan bagaimana obyek beradaptasi. pembelajaran sebatas pengkondisian yang tidak menyentuh realitas, tapi hanya berlatar realitas artificial, maka revolusi pembelajaran menjadi hal mutlak dilakukan yang berangkat dari suatu paradigma, fream work baru yang bertalian erat dengan faktor psikologis.      
Pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang Istilah guru lakukan di dalam kelas. Bagaimana pembelajaran perspektif psikologis, aktivitas, peran dan teori pembelajaran dalm mempengaruhi hasil belajar.
BAB II  PEMBAHASAN
A.      Pengertian Pembelajaran dalam Aktifitas Pendidikan
Berbicara tentang pembelajaran tidak bisa lepas dari belajar dan mengajar karena hal tersebut terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Pembelajaran menurut beberapa ahli semisal Duffy dan Roehler mengartikan pembelajaran sebagai suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Gagne dan Briggs, mengartikan instruction atau pembelajaran ini sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya teaching & Media-A systematic Approach dalam Arsyad mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati”.[3]
Sedangkan Menurut Gagne dalam Whandi belajar di definisikan sebagai “suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman”. Slameto menyatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh  suatu perubahan tingkah laku  yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.[4] Lebih lanjut Abdillah dalam Ainurrahman  menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”.[5]
Secara khusus pembelajaran dapat diartikan sebagai berikut :
Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru membentuk tingkah laku   yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah dan atau reinforcement (penguatan).
Teori Kognitif, menjelaskan Pengertian Pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. Teori Gestalt, menguraikan bahwa pembelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola bermakna).
Teori Humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Arikunto mengemukakan “pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar”.[6] Lebih lanjut ia jelaskan bahwa “pembelajaran adalah bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap”.[7]
Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Dari berbagai pendapat Pengertian Pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum,  sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan media.
Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar. Demikian pula bila pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya disebut belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan guru dan siswa.
Dalam pembelajaran tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sedangkan pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya Ciri–ciri dari pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk[8] antara lain:
Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis;
Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar;
Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa;
Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik;
Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa;
Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.
Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Magner (1962) mendefinisikan tujuan  pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh  peserta didik sesuaikompetensi. Sedangkan  Dejnozka dan Kavel (1981) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik  yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan  yangmenggambarkan hasil belajar yang diharapkan. (Slavin, 1994). Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.
Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam  proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif.
Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.


Perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran:
NO
PENGAJARAN
PEMBELAJARAN
1
Dilaksanakan oleh mereka yang berprofesi sebagai pengajar
Dilaksanakan oleh mereka yang dapat membuat orang belajar
2
Tujuannya menyampaikan informasi kepada si belajar
Tujuannya agar terjadi belajar pada diri siswa
3
Merupakan salah satu penerapan strategi pembelajaran
Merupakan cara untuk mengembangkan rencana yang terorganisasi untuk keperluan belajar.
4
Kegiatan belajar berlangsung bila ada guru atau pengajar
Kegiatan belajar dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru

Prinsip-prinsip pembelajaran
Dalam bukunya Sugandi, dkk [9] antara lain,
1.    Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah terjadi pada diri siswa sebelum ia masuk kelas. Oleh karena itu, guru tidak dapat terlalu banyak berbuat. Namun, guru diharapkan dapat mengurangi akibat dari kondisi tersebut dengan berbagai upaya pada saat membelajarkan siswa.
2.    Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek. Belajar sebagai suatu aktifitas yang kompleks membutuhkan perhatian dari siswa yang belajar. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui barbagai kiat untuk menarik perhatian siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
3.    Motivasi
Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif, saat orang melakukan aktifitas. Motivasi dapat menjadi aktif dan tidak aktif. Jika tidak aktif, maka siswa tidak bersemangat belajar. Dalam hal seperti ini, guru harus dapat memotivasi siswa agar siswa dapat mencapai tujuan belajar dengan baik.
4.    Keaktifan Siswa
Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa sehingga siswa harus aktif. Dengan bantuan guru, siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya .
5.    Mengalami Sendiri
Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri, akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.
6.    Pengulangan
Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight, siswa perlu membaca, berfikir, mengingat, dan latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut mudah diingat. Guru dapat mendorong siswa melakukan pengulangan, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah, membuat laporan dan mengadakan ulangan harian.
7.    Materi Pelajaran Yang Menantang
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu. Dengan sikap seperti ini motivasi anak akan meningkat. Rasa ingin tahu timbul saat guru memberikan pelajaran yang bersifat menantang atau problematis. Dengan pemberian materi yang problematis, akan membuat anak aktif belajar.
8.    Balikan Dan Penguatan
Balikan atau feedback adalah masukan penting bagi siswa maupun bagi guru. Dengan balikan, siswa dapat mengetahui sejauh mana kemmpuannya dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Balikan juga berharga bagi guru untuk menentukan perlakuan selanjutnya dalam pembelajaran.
Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru kepada siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. Dengan penguatan diharapkan siswa mengulangi perbuatan baiknya tersebut.
9.    Perbedaan Individual
Masing-masing siswa mempunyai karakteristik baik dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini, tentu minat serta kemampuan belajar mereka tidak sama. Guru harus memperhatikan siswa-siswa tertentu secara individual dan memikirkan model pengajaran yang berbeda bagi anak didik yang berbakat dengan yang kurang berbakat.
Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974) terkait dengan prinsip pembelajaran dijabarkan, sebagai berikut :
1.      Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon yang terjadi sebelumnya.
2.      Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.
3.      Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
4.      Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
5.      Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
6.      Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.
7.      Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.
8.      Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.
9.      Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana.
10.  Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
11.  Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat.
12.  Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.
Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
1.      Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2.      Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives) : memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran.
3.      Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4.      Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) : menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
5.      Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : memberikan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
6.      memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance) ; siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
7.      memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.
8.      Menilai hasil belajar (assessing performance) :memberiytahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
9.      Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
Proses pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pada dasarnya Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Di dalam pembelajaran dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru.
Dalam proses belajar terdapat komponen pendukung yang dapat mendorong tercapainya tujuan utama dari proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku. Proses belajar dapat terjadi baik secara alamiah maupun direkayasa. Proses balajar secara alamiah biasanya terjadi pada kegiatan yang umumya dilakukan oleh setiap orang dan kegiatan belajar ini tidak direncanakan. Sedangkan proses belajar yang direkayasa merupakan proses belajar yang memiliki sistematika yang jelas dan telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses ini metode yang digunakan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini proses belajar yang direkayasa yang lebih memungkinkan tercapainya perubahan perilaku karena ada rancangan yang berisi metode dan alat pendukung.
Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran harus dirancang untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta didik. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada pengajar, khususnya siswa agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara professional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan kirarki konsep materi pembelajaran, dan rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsure penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa dan materi.
B.       Unsur-unsur Pendukung Aktifitas Pembelajaran
Adapun unsure – unsure  mempengaruhi proses belajar sebagai berikut :
Faktor Internal Siswa
1.     Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tenaga otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
2.     Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.     Inteligensi Siswa
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai “kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat”.[10] Jadi inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
b.     Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi aktif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respon tendency) dengan cara yang relatif terhadap obyek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
c.     Bakat Siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
d.     Minat Siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.   
e.     Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
1.    Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yaitu: 
a)    Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri
b)   Lingkungan non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah, dan letaknya, rumah  tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Beberapa hal di atas mempunyai perbedaan yang mendasar antara lain :
1)   Mengembangkan kecerdasan emosi
Pembelajaran dapat ditingkatkan kualitasnya dengan mengembangkan kecerdasan emosi, karena ternyata melalui pengembangan intelegensi saja tidak mampu menghasilkan manusia yang utuh seperti yang diharapkan oleh pendidikan nasional.
2)   Mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang
Mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang dapat dilakukan secara demokratis, yakni dari, oleh dan untuk peserta didik, sedangkang guru tut wuri handayani. 
3)   Membangkitkan nafsu belajar
Motivasi merupakan satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi
4)   Mendayagunakan sumber belajar
Guru dituntut tidak hanya mendayagunakan sumber-sumber belajar, seperti majalah, surat kabar, dan internet. Hal ini penting, agar apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyrakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pola pikir peserta didik[11]
C.      Berbagai Teori Psikologi Pendidikan dalam Aktifitas Pembelajaran
Dalam bukunya Purwa Atmaja Prawira memaparkan beberapa teori psikologi pendidikan berdasarkan konsep dan pendekatan yang tentunya berbeda. Diantaranya;
Teori Daya; teori ini dipegaruhi oleh paham idealisme yang sikomandani oleh Plato, yang menekankan paada pemikiran spekulatif yang beranggapan bahwa pada prinsipnya kemampuan jiwa manusia sudah ada dalam dunia idea dan dengan jiwanya manusia tinggal mencocokkan kembali ide-ide tersebut dengan dunia nyata dan kemudian dipertanjam dengan cara dilatih secara formal dan disiplin[12]. Aristoteles mengemukakan adanya prinsip asosiasi pada cara kerja pengetahuan-pengetahuan dalam jiwa manusia,  yang kemudian dikenal dengan hokum asosiasi ingatan, selanjutnya oleh Harbert dikembangkan menjadi psikologi tanggapan. Menurut Harbert tanggapan sebagai hasil pengindraan dijadikan unsur dasar dari semua kemampuan jiwa.
Teori strukturalisme; aliran ini menganggap bahwa tugas seorang psikolog adalah mencari elemen jiwa dan dan bagaimana cara membentuk keseluruhannya melalui sistem persarapan (neuron), sebagaimana diurai oleh E.B. Tichener tentang sasaran dan obyek utama psikologi yaitu meneliti dan memahami jiwa manusia dan strukturnya serta proses elemen yang terpisah dari kesadaran yang kompleks. Unsur-unsur jiwa (persepsi, ingatan, pengertian, pikiran, kemauan, perasaan dan lain-lain) membentuk kesadaran pengalaman manusia sehingga yang namanya jiwa merupakan total pengalaman manusia dalam kehidupannya.
Teori Fungsionalisme; aliran ini berpedapat bahwa berpikir pada dasarnya merupakan suatu adaptasi terhadap situasi-situasi problematis yang timbul dalam kehidupan didunia ini. Karena respon dan stimulus bersifat korelatif sedangkan refleks harus dianggap sebagai keseluruhan, bertujuan, adaptif, dan berguna keseluruhan. Lebih lanjut aliran ini beranggapan bahwa kesadaran mental tidak pasif atau hanya sebagai penerima saja, tetapi bersifat aktif dalam reaksi adaptif pada setiap situasi yang tampil. Adapun tokoh-tokoh aliran ini sebut saja; Jhon dewey, Anggell, Robert S. Woodwort, Harve A. Carr, E.L. Thorndike dll.
Teori Behaviorisme; teori ini dipengaruhi paham materialisme dan mencapai teori ini mencapai puncak pengaruhnya setelah Pavlov berhasil mengadakan ekspremen refleks air liur pada anjing untuk menjelaskan teori belajar refleks bersyarat/pengkondisian klasik, yang kemudian dilanjutkan J.B. Watson yang megatakan bahwa psikologi merupakan studi yang obyektif terhadap tingkah laku manusia dan hewan, oleh karena itu ia bersifat obyektif. Lebih lanjut ia sampaikan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dibandingkan dengan faktor keturunan dalam menentukan tingkah laku.
Teori Psikoanalisis; Teori ini dipelopori oleh Sigmund Freud dengan penemuannya tentang analisis kehidupan jiwa manusia yang tidak disadari dan penyajian struktur jiwa secara topografis untuk menggambarkan kepribadian manusia. Ia menggambarkan kepribadian manusia laksana gunung es yang muncul diatas permukaan laut menggambarkan bagian kesadaran jiwa. Sedangkan bagian yang tanpak dipermukaan hanyalah bagian kecil dari gunung es tersebut, sedangkan bagian terdalam merupakan bagian terbesarnya menggambarkan bagian jiwa manusia yang tidak disadari. Selanjutnya Freud membagi membagi kualitas proses kejiwaan pada tiga bagian, yaitu; proses-proses kesadaran, proses-proses prasadar, dan proses-proses tidak sadar. Sedangkan struktur jiwa bagi Freud terdiri dari Id, Ego dan Super Ego yang selanjutnya disebut kepribadian. Sebagaimana tampak pada gambar berikut;
EGO
SUPER
EGO
ID
SADAR
 TAK SADAR
PRASADAR

 

Perkembangan libinal;Manusia dianggap sebagai suatu system yang kompleks dan membutuhkan eergi untuk mencapai tujuan (bernafas, bergerak, mengamati dan mengingat), kegiatan psikologik membutuhkan energy yang disebut energy psikis yang bersumber dari Id beserta insting-instingnya, insting ini adalah perwujudan psikologis dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan. Bagi Freud semua aktivitas yang memberikan kenikmatan dapat dapat dilacak hubungannya dengan insting seksual. Pada masa bayi libido ditujukan kepada ego yang berarti bayi memperoleh kepuasan dengan mengenal dirinya sendiri (narcissisme primer), selanjutnya berubah menjadi perhatian kedunia luar (libido obyek). Memasuki masa pubertas menjadi secondary narcissisme yakni libido ditujukan kepada orang lain dan berwujud rasa cinta.    
Teori Gestalt; teori ini dikemukakan oleh Max Wertheimer dengan temuannya phy phenomenon. Dalam kehidupan sehari-hari pengalaman manusia selalu membentuk satu kesatuan dengan pola dan konfigurasi tertentu. Gestalt berangkat dari asumsi dasar manusia sebagai pemroses informasi. Lebih lanjut bahwa kemampuan memproses informasi merupakan penanda harkat kemanusiaan yang tertinggi. Dalam teori ini, menyatakan bahwa ada sau kesatuan antara pikiran, motivasi, perasaan dan ingatan (pengalaman)bekerja sama menangkap esensi-esensi baru untuk mempelajari pengalaman-pengalaman baru.
Selanjutnya berangkat dari perspektif diatas telah dikembangkan beberapa teori pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan guru melakukan inovasi dan peningkatan wawasan pembelajaran untuk mendorong tercapainya mutu pendidikan yang lebih baik dan efisien. Mengenai teori pembelajaran dimaksud diantarnya:
1.    Teori belajar behavioristik dan penerapan dalam pembelajaran.
Berdasarkan teori seorang telah dianggap belajar jika telah menunjukan perubahan tingkah laku Dalam pembelajaran behavioristik dikembangkan langkah-langkah sebagai berikut yaitu  (1) guru menentukan tujuan pembelajaran (2) guru mengidentifikasikan pengetahuan awal siswa untuk menentukan materi pelajaran (3) guru menyajikan materi pelajaran (4) guru memberi stimulus (5) guru mengamati respon siswa dan guru memberi penguatan.
2.    Teori belajar Kognitif dan Penerapannya dalam pembelajaran.
Berdasarkan teori ini seorang telah di katakan belajar jika telah terjadi perubahan persepsi dan pemahaman dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Implementasi teori kognitif dalam pembelajaran memiliki langkah-langkah sebagai berikut yaitu: (1) guru menentukan tujuan pembelajaran (2) guru memilih materi pelajaran dan menentukan topik-topik yang dapat di pelajari secara aktif (3) guru menentukan kegiatan belajar yang sesuai dengan topik seperti penelitian, pemecahan masalah, diskusi, simulasi, dsb. (4) guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.
3.    Teori belajar Konstruktivistik dan penerapannya dalam pembelajaran
Menurut teori ini belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh siswa sepenuhnya dan tugas guru adalah menata lingkungan sehingga memberi peluang optimal bagi terjadinya proses belajar dan membantu agar proses rekonstruksi pengetahuan berjalan lancar.
4.    Teori kecerdasan ganda dan penerapannya dalam penerapannya dalam pembelajaran.
Penyelenggaraan pembelajaran berdasarkan teori intelegensi ganda ada beberap langkah yang perlu ditempuh yaitu dengan:(1) dengan tes (2) dengan mencoba mengajar dengan intelegensi ganda dan mengamati respon siswa terhadap metode tersebut (3) dengan observasi terhadap apa yang dilakukan siswa di kelas (4) dengan mengumpulkan dokumen yang di buat siswa.
Untuk mengkaji teori-teori tersebut maka di butuhkan sebuah penelitian dengan menerapkan pendekatan ilmiah yang bersifat objektif, sistematis, dapat diuji dan relatif yang tidak terpengaruh oleh kepercayaan pribadi, pendapat dan perasaan.  Ada beberapa jenis penelitian yang dapat di pilih berdasarkan tujuannya yaitu penelitian dasar yang bertujuan mengembangkan teori, penelitian terapan bertujuan menguji teori, penelitian evaluatif bertujuan mengambil keputusan tentang pelaksanaan suatu program, teori pengembangan bertujuan mengembangkan suatu produk.
D.      Peranan Psikologi Pendidikan dalam Mendukung Keberhasilan Aktifitas Pembelajaran
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok seperti berbakat anak-anak dan mereka yang tunduk pada khusus penyandang cacat .
Menurut Muhibbin Syah, pengertian psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.[13] jadi Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari  tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan efisiensi di dalam pendidikan.
Peran dan Sumbangsih psikologi dalam dunia pendidikan, adalah sebagaimana dimafhumi bersama bahwa subyek dan obyek pendidikan adalah manusia peserta didik, setiap peserta didik memiliki keunikan masing-masing dan berbeda satu sama lainnya, oleh sebab itulah kita sebagai guru memerlukan psikologi. Dengan adanya psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan dan sebagaimana membantu individu agar dapat berkembang secara optimal serta mengatasi permasalahan yang timbul dalam diri individu siswa terutama masalah belajar, terkait dengan masalah dari segi pemahaman dan keterbatasan pembelajaran yang dialami oleh siswa. Psikologi dibutuhkan diberbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan memahami kejiwaan seseorang.
Psikologi memiliki peran dalam dunia pendidikan baik itu dalam belajar dan mempelajari. Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar,  pelatih, pembimbing dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif dan psikomotorik peserta secara integral,  pemahaman psikologi peserta didik oleh pihak guru atau instruktur dalam institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutuhan pserta didik, sehingga proses pembelajaran dikelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.
Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir, inteligensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologi lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya. Perbedaan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh para peserta didik harus diketahui dan dipahami oleh setiap guru atau instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar dikelas, jika ingin proses pembelajarannya berhasil. Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah: Memahami siswa sebagai pelajar meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain. Memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran. Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran, Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif. Memilih dan menetapkan isi pengjaran. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Memilih dan alat bantu pembelajaran dan pengajaran. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru, dan Membimbing perkembangan siswa.
Secara khusus Abimanyu dalam Zainal hakim[14] Menyimpulkan bahwa psikologi telah memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas masalah-masalah kependidikan diantaranya;
a.    Perubahan yang terjadi pada anak didik selama dalam proses pendidikan
b.    Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar
c.    Teori dan proses belajar
d.   Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar
e.    Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diri individu
f.     Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya
g.    Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas pendidikan
h.    Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid
i.      Hambatan, kesulitan, ketegangan dan sebagainya yang dialami oleh anak didik selama proses pendidikan
j.      Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan yang lain dalam batas kemampuan belajar.   
BAB III PENUTUP
Kesimpulan/Saran
Pembelajaran menuntut keaktifan guru dan siswa karena  jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar, sebaliknya apabila pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya disebut belajar. inti  pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran.
Beberapa teori psikologi pendidikan yang telah mempengaruhi prosese pendidikan dan pengajaran, antara lain :
Teori Daya, Teori strukturalisme,Teori Fungsionalisme,Teori Behaviorisme, Teori Psikoanalisis, Teori Gestalt, telah berperan besar dalam mendorong lahirnya teori pembelajaran sebut saja; Teori belajar behavioristik, Teori belajar Kognitif, Teori belajar, Konstruktivistik, Teori kecerdasan ganda dan lain-lain.  
Peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah:
Memahami siswa sebagai pelajar. Memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran. Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran. Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif. Memilih dan menetapkan isi pengjaran. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Memilih dan alat bantu pembelajaran dan pengajaran. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran,. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru. Membimbing perkembangan siswa.



DAFTAR PUSTAKA


Ainurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Penerbit Alfabeta, 2010.

Arikunto, Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.

Arsyad, A. ,  Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Atmaja Prawira, Purwa, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Jogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2012.

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Rosda karya, 2005.

Nggermanto, Agus, Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum, Bandung; Yayasan Nuansa Cendikia, 2003.

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta:Rineka Cipta, 2003.

Sugandi , Achmad dkk. Belajar dan Pembelajaran, Semarang:IKIP PRESS. 2000.

-----------------------Teori Pembelajaran, Semarang:UPT MKK UNNES, 2004.

Suprijono, Agus, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012.

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, Bandung: PT. Rosdakarya, 2011.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada, 1997.

-----------------------, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Rosdakarya, 2013. 

Htt://www.zainalhakimweb.id.




KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I  PENDAHULUAN
1.2.    Latar Belakang
1.3.    Batasan Masalah
1.4.    Tujuan Penulisan
1.5.    Metode penulisan
1.6.    Sistematika Penulisan
BAB II  PEMBAHASAN
2.1.    Pengertian Pembelajaran dalam Aktifitas Pendidikan
2.2.    Unsur-unsur Pendukung Aktifitas Pembelajaran
2.3.    Berbagai Teori Psikologi Pendidikan dalam Aktifitas Pembelajaran
2.4.    Peranan Psikologi Pendidikan dalam Mendukung Keberhasilan Aktifitas Pembelajaran
BAB III PENUTUP
Kesimpulan/Saran
DAFTAR PUSTAKA



[1] Agus Nggermanto, Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum,(Bandung; Yayasan Nuansa Cendikia, 2003), 200.
[2]Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012), IX.
[3] A. Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 3.
[4] Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta:Rineka Cipta, 2003), 5.
[5] Ainurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2010), 35. UNESCO telah mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat pilar dalam kegiatan belajar ( A. Suhaenah Suparno, 2000 ) : 1. Learning to know. Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar, dalam hal ini ada tiga aspek : apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang belajar.2. Learning to do. Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini menekankan perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan dengan dunia kerja. 3. Learning to live together. Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis. 4. Learning to be. Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan kelemahanya dengan kompetensi-kompetensinya akan membangun pribadi secara utuh. Lihat Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar (Bandung: PT. Rosdakarya, 2011), 29-34.
[6] Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 12.
[7] Ibid., 4.
[8] Achmad Sugandi, dkk. Teori Pembelajaran (Semarang:UPT MKK UNNES, 2004), 25.
[9] Achmad Sugandi, dkk. Belajar dan Pembelajaran (Semarang:IKIP PRESS. 2000),  27
[10] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada, 1997), 147.
[11] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung : Rosda karya, 2005),162-184.
[12] Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru (Jogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2012), 51- 71.
[13] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Rosdakarya, 2013), 15.
[14] Htt://www.zainalhakimweb.id.