AKTIFITAS
PEMBELAJARAN
MENURUT PRINSIP
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada
empat level pembelajaran menurut Bateson
dalam Agus Nggermanto[1];
Pertama adalah pembelajaran tentang obyek, bagaimana sesuatu beradaptasi. Level
kedua adalah pembelajaran bagaimana cara belajar. Level ketiga adalah belajar
mengubah atau membangun suatu paradigma. Level keempat adalah belajar tentang
pandangan dunia terhadap alam semesta. Pendidikan kita cenderung menggunakan
dan asyik mansyuk pada level pertama, konsekwensinya belajar menjadi sebuah
beban bukan kebutuhan. Belajar bukanlah keterpaksaan dan mobilisasi, tapi
manefestasi kesadaran dan partisipasi karena hakekat pendidikan adalah
memanusiakan manusia atas seluruh potensi kemanusiaan yang dimiliki secara
kodrati. Artinya pembelajaran merupakan aktifitas bermakna pembebasan untuk
mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan.[2]
Maka pembelajaran yang berkualitas humanis organis dinamis dan konstruktif
menjadi hal urgen dan vital dalam proses
pembelajaran.
Jika
benar tesis Bateson diatas, bahwa pendidikan kita ada pada level pertama,
artinya hanya mempelajari bagaimana obyek dan bagaimana obyek beradaptasi.
pembelajaran sebatas pengkondisian yang tidak menyentuh realitas, tapi hanya berlatar
realitas artificial, maka revolusi pembelajaran menjadi hal mutlak dilakukan
yang berangkat dari suatu paradigma, fream work baru yang bertalian erat dengan
faktor psikologis.
Pembelajaran
berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan
pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa
kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi
segala hal yang Istilah guru lakukan di dalam kelas. Bagaimana pembelajaran
perspektif psikologis, aktivitas, peran dan teori pembelajaran dalm
mempengaruhi hasil belajar.
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran dalam
Aktifitas Pendidikan
Berbicara tentang pembelajaran tidak bisa lepas dari belajar dan mengajar
karena hal tersebut terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau
tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar
meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Pembelajaran menurut beberapa ahli
semisal Duffy dan Roehler mengartikan pembelajaran sebagai suatu
usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang
dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Gagne dan Briggs, mengartikan
instruction atau pembelajaran ini sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya
proses belajar siswa yang bersifat internal. Vernon S. Gerlach & Donal P.
Ely dalam bukunya teaching & Media-A systematic Approach dalam Arsyad mengemukakan
bahwa “belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah
tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan
yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa
tindakan yang dapat diamati”.[3]
Sedangkan Menurut Gagne dalam Whandi belajar di definisikan sebagai
“suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu
pengalaman”. Slameto menyatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.[4] Lebih
lanjut Abdillah dalam Ainurrahman
menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh
tujuan tertentu”.[5]
Secara khusus pembelajaran dapat diartikan sebagai berikut :
Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru
membentuk tingkah laku yang diinginkan
dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan
respon (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang
berhasil harus diberi hadiah dan atau reinforcement (penguatan).
Teori Kognitif, menjelaskan Pengertian Pembelajaran sebagai cara
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan
memahami apa yang sedang dipelajari. Teori Gestalt, menguraikan bahwa
pembelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran
sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya)
menjadi suatu gestalt (pola bermakna).
Teori Humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah memberikan
kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya
sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Arikunto mengemukakan “pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap
oleh subjek yang sedang belajar”.[6]
Lebih lanjut ia jelaskan bahwa “pembelajaran adalah bantuan pendidikan kepada
anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan
sikap”.[7]
Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
tahun 2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Dari berbagai pendapat Pengertian Pembelajaran di atas, maka dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan
yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran
yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu
lingkungan belajar.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima
pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah
komponen-komponen proses komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah
isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain
ataupun penulis buku dan media.
Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar),
tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang
siswa pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama
menjadi subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan
guru sedangkan siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya
disebut mengajar. Demikian pula bila pembelajaran di mana siswa yang aktif
tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah,
maka hanya disebut belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut
keaktifan guru dan siswa.
Dalam pembelajaran tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sedangkan
pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya Ciri–ciri
dari pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk[8]
antara lain:
Pembelajaran
dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis;
Pembelajaran
dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar;
Pembelajaran
dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa;
Pembelajaran
dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik;
Pembelajaran
dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa;
Pembelajaran
dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun
psikologis.
Tujuan
pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar
yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat
tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Magner
(1962) mendefinisikan tujuan
pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh peserta didik sesuaikompetensi. Sedangkan Dejnozka
dan Kavel (1981) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu
pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan yangmenggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
(Slavin, 1994). Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak
dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi
spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau
dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.
Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi
acuan untuk menentukan jenis materi pembelajaran, strategi
pembelajaran, metode
pembelajaran, dan media
pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa
arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif.
Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan
pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar
dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling
mempengaruhi antara guru dan siswa.
Perbedaan
antara pengajaran dan pembelajaran:
NO
|
PENGAJARAN
|
PEMBELAJARAN
|
1
|
Dilaksanakan
oleh mereka yang berprofesi sebagai pengajar
|
Dilaksanakan
oleh mereka yang dapat membuat orang belajar
|
2
|
Tujuannya
menyampaikan informasi kepada si belajar
|
Tujuannya
agar terjadi belajar pada diri siswa
|
3
|
Merupakan
salah satu penerapan strategi pembelajaran
|
Merupakan
cara untuk mengembangkan rencana yang terorganisasi untuk keperluan belajar.
|
4
|
Kegiatan
belajar berlangsung bila ada guru atau pengajar
|
Kegiatan
belajar dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru
|
Prinsip-prinsip
pembelajaran
Dalam
bukunya Sugandi, dkk [9]
antara lain,
1.
Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal
suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah terjadi
pada diri siswa sebelum ia masuk kelas. Oleh karena itu, guru tidak dapat
terlalu banyak berbuat. Namun, guru diharapkan dapat mengurangi akibat dari
kondisi tersebut dengan berbagai upaya pada saat membelajarkan siswa.
2.
Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek.
Belajar sebagai suatu aktifitas yang kompleks membutuhkan perhatian dari siswa
yang belajar. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui barbagai kiat untuk
menarik perhatian siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
3.
Motivasi
Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.
Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif, saat orang melakukan aktifitas.
Motivasi dapat menjadi aktif dan tidak aktif. Jika tidak aktif, maka siswa
tidak bersemangat belajar. Dalam hal seperti ini, guru harus dapat memotivasi
siswa agar siswa dapat mencapai tujuan belajar dengan baik.
4.
Keaktifan Siswa
Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa sehingga siswa harus aktif.
Dengan bantuan guru, siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya .
5.
Mengalami Sendiri
Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat
kaitannya dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan
sendiri, akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang
lebih mendalam.
6.
Pengulangan
Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight, siswa perlu
membaca, berfikir, mengingat, dan latihan. Dengan latihan berarti siswa
mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut mudah diingat.
Guru dapat mendorong siswa melakukan pengulangan, misalnya dengan memberikan
pekerjaan rumah, membuat laporan dan mengadakan ulangan harian.
7.
Materi Pelajaran Yang Menantang
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu.
Dengan sikap seperti ini motivasi anak akan meningkat. Rasa ingin tahu timbul
saat guru memberikan pelajaran yang bersifat menantang atau problematis. Dengan
pemberian materi yang problematis, akan membuat anak aktif belajar.
8.
Balikan Dan Penguatan
Balikan atau feedback adalah masukan penting bagi siswa maupun bagi
guru. Dengan balikan, siswa dapat mengetahui sejauh mana kemmpuannya dalam
suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Balikan juga berharga bagi
guru untuk menentukan perlakuan selanjutnya dalam pembelajaran.
Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang
menyenangkan dari guru kepada siswa yang telah berhasil melakukan suatu
perbuatan belajar. Dengan penguatan diharapkan siswa mengulangi perbuatan
baiknya tersebut.
9.
Perbedaan Individual
Masing-masing siswa mempunyai karakteristik baik dari segi fisik
maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini, tentu minat serta kemampuan belajar
mereka tidak sama. Guru harus memperhatikan siswa-siswa tertentu secara
individual dan memikirkan model pengajaran yang berbeda bagi anak didik yang
berbakat dengan yang kurang berbakat.
Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974) terkait
dengan prinsip pembelajaran dijabarkan, sebagai berikut :
1.
Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari
respon yang terjadi sebelumnya.
2.
Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga
di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.
3.
Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau
berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
4.
Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas
akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
5.
Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk
belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
6.
Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi
perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.
7.
Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan
disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.
8.
Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil
dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.
9.
Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan
dasar yang lebih sederhana.
10. Belajar
akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang
kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
11. Perkembangan
dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada
yang lebih lambat.
12. Dengan
persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan
belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat
respon yang benar.
Dalam
buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip
yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
1.
Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan
minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau
kompleks.
2.
Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the
objectives) : memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah
selesai mengikuti pelajaran.
3.
Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating
recall or prior learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang
telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4.
Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) :
menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
5.
Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) :
memberikan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir siswa
agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
6.
memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance)
; siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya
terhadap materi.
7.
memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu
seberapa jauh ketepatan performance siswa.
8.
Menilai hasil belajar (assessing performance)
:memberiytahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai
tujuan pembelajaran.
9.
Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and
transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan
memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah
dipelajari.
Proses pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta
dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran merupakan interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah
yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Pada dasarnya Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip
dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi
yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru
mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga
mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai
pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga
menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Di dalam
pembelajaran dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru.
Dalam proses belajar terdapat komponen pendukung yang dapat
mendorong tercapainya tujuan utama dari proses pembelajaran yang ditandai
dengan adanya perubahan perilaku. Proses belajar dapat terjadi baik secara
alamiah maupun direkayasa. Proses balajar secara alamiah biasanya terjadi pada
kegiatan yang umumya dilakukan oleh setiap orang dan kegiatan belajar ini tidak
direncanakan. Sedangkan proses belajar yang direkayasa merupakan proses belajar
yang memiliki sistematika yang jelas dan telah direncanakan sebelumnya guna mencapai
tujuan yang diinginkan. Dalam proses ini metode yang digunakan disesuaikan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini proses belajar yang direkayasa
yang lebih memungkinkan tercapainya perubahan perilaku karena ada rancangan
yang berisi metode dan alat pendukung.
Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran
harus dirancang untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta didik.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu
kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada pengajar,
khususnya siswa agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara
professional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan kirarki konsep
materi pembelajaran, dan rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
mengandung dua unsure penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar
siswa yaitu kegiatan siswa dan materi.
B.
Unsur-unsur Pendukung Aktifitas
Pembelajaran
1.
Aspek
Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tenaga otot)
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
2.
Aspek
Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis
yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
siswa, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a.
Inteligensi
Siswa
Inteligensi
pada umumnya dapat diartikan sebagai “kemampuan psikofisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat”.[10]
Jadi inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga
kualitas organ-organ tubuh lainnya.
b.
Sikap Siswa
Sikap adalah
gejala internal yang berdimensi aktif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon (respon tendency) dengan cara yang relatif terhadap obyek orang,
barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
c.
Bakat Siswa
Secara umum,
bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
d.
Minat Siswa
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
e.
Motivasi Siswa
Pengertian
dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
Seperti
faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam,
yaitu:
a)
Lingkungan
Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para
staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar
siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah
orang tua dan keluarga siswa itu sendiri
b)
Lingkungan non
Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non
sosial adalah gedung sekolah, dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga
siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Beberapa hal di atas mempunyai perbedaan yang mendasar antara
lain :
1)
Mengembangkan
kecerdasan emosi
Pembelajaran dapat ditingkatkan kualitasnya
dengan mengembangkan kecerdasan emosi, karena ternyata melalui pengembangan
intelegensi saja tidak mampu menghasilkan manusia yang utuh seperti yang
diharapkan oleh pendidikan nasional.
2)
Mendisiplinkan
peserta didik dengan kasih sayang
Mendisiplinkan peserta didik dengan kasih
sayang dapat dilakukan secara demokratis, yakni dari, oleh dan untuk peserta
didik, sedangkang guru tut wuri handayani.
3)
Membangkitkan
nafsu belajar
Motivasi merupakan satu faktor yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan
sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi
4)
Mendayagunakan
sumber belajar
Guru dituntut tidak hanya mendayagunakan
sumber-sumber belajar, seperti majalah, surat kabar, dan internet. Hal ini
penting, agar apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi dan perkembangan
masyrakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pola pikir peserta didik[11]
C.
Berbagai Teori Psikologi Pendidikan
dalam Aktifitas Pembelajaran
Dalam bukunya Purwa Atmaja Prawira memaparkan beberapa teori
psikologi pendidikan berdasarkan konsep dan pendekatan yang tentunya berbeda.
Diantaranya;
Teori Daya; teori ini dipegaruhi oleh paham
idealisme yang sikomandani oleh Plato, yang menekankan paada pemikiran
spekulatif yang beranggapan bahwa pada prinsipnya kemampuan jiwa manusia sudah
ada dalam dunia idea dan dengan jiwanya manusia tinggal mencocokkan kembali
ide-ide tersebut dengan dunia nyata dan kemudian dipertanjam dengan cara
dilatih secara formal dan disiplin[12].
Aristoteles mengemukakan adanya prinsip asosiasi pada cara kerja
pengetahuan-pengetahuan dalam jiwa manusia,
yang kemudian dikenal dengan hokum asosiasi ingatan, selanjutnya oleh
Harbert dikembangkan menjadi psikologi tanggapan. Menurut Harbert tanggapan
sebagai hasil pengindraan dijadikan unsur dasar dari semua kemampuan jiwa.
Teori strukturalisme; aliran ini
menganggap bahwa tugas seorang psikolog adalah mencari elemen jiwa dan dan
bagaimana cara membentuk keseluruhannya melalui sistem persarapan (neuron),
sebagaimana diurai oleh E.B. Tichener tentang sasaran dan obyek utama psikologi
yaitu meneliti dan memahami jiwa manusia dan strukturnya serta proses elemen
yang terpisah dari kesadaran yang kompleks. Unsur-unsur jiwa (persepsi,
ingatan, pengertian, pikiran, kemauan, perasaan dan lain-lain) membentuk
kesadaran pengalaman manusia sehingga yang namanya jiwa merupakan total
pengalaman manusia dalam kehidupannya.
Teori Fungsionalisme; aliran ini
berpedapat bahwa berpikir pada dasarnya merupakan suatu adaptasi terhadap
situasi-situasi problematis yang timbul dalam kehidupan didunia ini. Karena
respon dan stimulus bersifat korelatif sedangkan refleks harus dianggap sebagai
keseluruhan, bertujuan, adaptif, dan berguna keseluruhan. Lebih lanjut aliran
ini beranggapan bahwa kesadaran mental tidak pasif atau hanya sebagai penerima
saja, tetapi bersifat aktif dalam reaksi adaptif pada setiap situasi yang
tampil. Adapun tokoh-tokoh aliran ini sebut saja; Jhon dewey, Anggell, Robert
S. Woodwort, Harve A. Carr, E.L. Thorndike dll.
Teori Behaviorisme; teori ini dipengaruhi paham materialisme dan mencapai teori ini mencapai
puncak pengaruhnya setelah Pavlov berhasil mengadakan ekspremen refleks
air liur pada anjing untuk menjelaskan teori belajar refleks
bersyarat/pengkondisian klasik, yang kemudian dilanjutkan J.B. Watson
yang megatakan bahwa psikologi merupakan studi yang obyektif terhadap tingkah
laku manusia dan hewan, oleh karena itu ia bersifat obyektif. Lebih lanjut ia
sampaikan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dibandingkan dengan
faktor keturunan dalam menentukan tingkah laku.
Teori Psikoanalisis; Teori ini dipelopori oleh Sigmund Freud dengan penemuannya
tentang analisis kehidupan jiwa manusia yang tidak disadari dan penyajian
struktur jiwa secara topografis untuk menggambarkan kepribadian manusia. Ia
menggambarkan kepribadian manusia laksana gunung es yang muncul diatas
permukaan laut menggambarkan bagian kesadaran jiwa. Sedangkan bagian yang
tanpak dipermukaan hanyalah bagian kecil dari gunung es tersebut, sedangkan
bagian terdalam merupakan bagian terbesarnya menggambarkan bagian jiwa manusia
yang tidak disadari. Selanjutnya Freud membagi membagi kualitas proses kejiwaan
pada tiga bagian, yaitu; proses-proses kesadaran, proses-proses prasadar, dan
proses-proses tidak sadar. Sedangkan struktur jiwa bagi Freud terdiri
dari Id, Ego dan Super Ego yang selanjutnya disebut kepribadian.
Sebagaimana tampak pada gambar berikut;
EGO
|
SUPER
EGO
|
ID
|
SADAR
|
TAK SADAR
|
PRASADAR
|
Perkembangan libinal;Manusia
dianggap sebagai suatu system yang kompleks dan membutuhkan eergi untuk
mencapai tujuan (bernafas, bergerak, mengamati dan mengingat), kegiatan
psikologik membutuhkan energy yang disebut energy psikis yang bersumber dari Id
beserta insting-instingnya, insting ini adalah perwujudan psikologis dari
kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan. Bagi Freud semua aktivitas yang
memberikan kenikmatan dapat dapat dilacak hubungannya dengan insting seksual. Pada
masa bayi libido ditujukan kepada ego yang berarti bayi memperoleh kepuasan
dengan mengenal dirinya sendiri (narcissisme primer), selanjutnya
berubah menjadi perhatian kedunia luar (libido obyek). Memasuki masa
pubertas menjadi secondary narcissisme yakni libido ditujukan kepada
orang lain dan berwujud rasa cinta.
Teori Gestalt; teori ini
dikemukakan oleh Max Wertheimer dengan temuannya phy phenomenon. Dalam
kehidupan sehari-hari pengalaman manusia selalu membentuk satu kesatuan dengan
pola dan konfigurasi tertentu. Gestalt berangkat dari asumsi dasar
manusia sebagai pemroses informasi. Lebih lanjut bahwa kemampuan memproses
informasi merupakan penanda harkat kemanusiaan yang tertinggi. Dalam teori ini,
menyatakan bahwa ada sau kesatuan antara pikiran, motivasi, perasaan dan
ingatan (pengalaman)bekerja sama menangkap esensi-esensi baru untuk mempelajari
pengalaman-pengalaman baru.
Selanjutnya
berangkat dari perspektif diatas telah dikembangkan beberapa teori pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan guru melakukan inovasi dan peningkatan wawasan
pembelajaran untuk mendorong tercapainya mutu pendidikan yang lebih baik dan
efisien. Mengenai teori pembelajaran dimaksud diantarnya:
1.
Teori belajar behavioristik dan
penerapan dalam pembelajaran.
Berdasarkan
teori seorang telah dianggap belajar jika telah menunjukan perubahan tingkah
laku Dalam pembelajaran behavioristik dikembangkan langkah-langkah sebagai
berikut yaitu (1) guru menentukan tujuan pembelajaran (2) guru
mengidentifikasikan pengetahuan awal siswa untuk menentukan materi pelajaran
(3) guru menyajikan materi pelajaran (4) guru memberi stimulus (5) guru
mengamati respon siswa dan guru memberi penguatan.
2.
Teori belajar Kognitif dan
Penerapannya dalam pembelajaran.
Berdasarkan
teori ini seorang telah di katakan belajar jika telah terjadi perubahan
persepsi dan pemahaman dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
Implementasi teori kognitif dalam pembelajaran memiliki langkah-langkah sebagai
berikut yaitu: (1) guru menentukan tujuan pembelajaran (2) guru memilih materi
pelajaran dan menentukan topik-topik yang dapat di pelajari secara aktif (3) guru
menentukan kegiatan belajar yang sesuai dengan topik seperti penelitian,
pemecahan masalah, diskusi, simulasi, dsb. (4) guru melakukan penilaian proses
dan hasil belajar.
3.
Teori belajar Konstruktivistik dan
penerapannya dalam pembelajaran
Menurut
teori ini belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh
siswa sepenuhnya dan tugas guru adalah menata lingkungan sehingga memberi
peluang optimal bagi terjadinya proses belajar dan membantu agar proses
rekonstruksi pengetahuan berjalan lancar.
4.
Teori kecerdasan ganda dan
penerapannya dalam penerapannya dalam pembelajaran.
Penyelenggaraan
pembelajaran berdasarkan teori intelegensi ganda ada beberap langkah yang perlu
ditempuh yaitu dengan:(1) dengan tes (2) dengan mencoba mengajar dengan intelegensi
ganda dan mengamati respon siswa terhadap metode tersebut (3) dengan observasi
terhadap apa yang dilakukan siswa di kelas (4) dengan mengumpulkan dokumen yang
di buat siswa.
Untuk
mengkaji teori-teori tersebut maka di butuhkan sebuah penelitian dengan
menerapkan pendekatan ilmiah yang bersifat objektif, sistematis, dapat diuji
dan relatif yang tidak terpengaruh oleh kepercayaan pribadi, pendapat dan
perasaan. Ada beberapa jenis penelitian yang dapat di pilih berdasarkan
tujuannya yaitu penelitian dasar yang bertujuan mengembangkan teori, penelitian
terapan bertujuan menguji teori, penelitian evaluatif bertujuan mengambil
keputusan tentang pelaksanaan suatu program, teori pengembangan bertujuan
mengembangkan suatu produk.
D.
Peranan Psikologi Pendidikan dalam
Mendukung Keberhasilan Aktifitas Pembelajaran
Psikologi Pendidikan adalah ilmu
yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan,
efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial
dari sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan
bagaimana siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok
seperti berbakat anak-anak dan mereka yang tunduk pada khusus penyandang cacat
.
Menurut Muhibbin Syah, pengertian
psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah
psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.[13] jadi
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia di dalam dunia
pendidikan yang meliputi studi
sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan efisiensi
di dalam pendidikan.
Peran dan Sumbangsih psikologi dalam
dunia pendidikan, adalah sebagaimana dimafhumi bersama bahwa subyek dan obyek
pendidikan adalah manusia peserta didik, setiap peserta didik memiliki keunikan
masing-masing dan berbeda satu sama lainnya, oleh sebab itulah kita sebagai guru
memerlukan psikologi. Dengan adanya psikologi memberikan wawasan bagaimana
memahami perilaku individu dalam proses pendidikan dan sebagaimana membantu
individu agar dapat berkembang secara optimal serta mengatasi permasalahan yang
timbul dalam diri individu siswa terutama masalah belajar, terkait dengan
masalah dari segi pemahaman dan keterbatasan pembelajaran yang dialami oleh
siswa. Psikologi dibutuhkan diberbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan
memahami kejiwaan seseorang.
Psikologi memiliki peran dalam dunia
pendidikan baik itu dalam belajar dan mempelajari. Pengetahuan tentang
psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik,
pengajar, pelatih, pembimbing dan
pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif dan psikomotorik
peserta secara integral, pemahaman
psikologi peserta didik oleh pihak guru atau instruktur dalam institusi pendidikan
memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik
sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutuhan pserta didik,
sehingga proses pembelajaran dikelas dapat berlangsung secara optimal dan
maksimal.
Pengetahuan tentang psikologi
diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan menghadapi peserta
didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku, kepribadian, sikap,
minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir, inteligensi, fantasi, dan
berbagai aspek psikologi lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu
dengan peserta didik lainnya. Perbedaan karakteristik psikologis yang dimiliki
oleh para peserta didik harus diketahui dan dipahami oleh setiap guru atau
instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar dikelas, jika ingin
proses pembelajarannya berhasil. Beberapa peran penting psikologi dalam proses
pembelajaran adalah: Memahami siswa sebagai pelajar meliputi perkembangannya,
tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian,
dan lain-lain. Memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran. Memilih
metode-metode pembelajaran dan pengajaran, Menetapkan tujuan pembelajaran dan
pengajaran. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif. Memilih
dan menetapkan isi pengjaran. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar. Memilih dan alat bantu pembelajaran dan pengajaran. Menilai hasil
pembelajaran dan pengajaran. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi
guru, dan Membimbing perkembangan siswa.
Secara khusus Abimanyu dalam Zainal
hakim[14] Menyimpulkan
bahwa psikologi telah memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas
masalah-masalah kependidikan diantaranya;
a.
Perubahan yang terjadi pada anak didik selama dalam proses
pendidikan
b.
Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar
c.
Teori dan proses belajar
d.
Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar
e.
Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal
atas diri individu
f.
Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya
g.
Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas
pendidikan
h.
Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan
murid
i.
Hambatan, kesulitan, ketegangan dan sebagainya yang dialami oleh
anak didik selama proses pendidikan
j.
Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan yang lain dalam batas
kemampuan belajar.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan/Saran
Pembelajaran menuntut keaktifan guru dan siswa karena jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan
guru sedangkan siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya
disebut mengajar, sebaliknya apabila pembelajaran di mana siswa yang aktif
tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah,
maka hanya disebut belajar. inti pokok
pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti dalam proses
pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa pasif. Pembelajaran menuntut
keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran.
Beberapa
teori psikologi pendidikan yang telah mempengaruhi prosese pendidikan dan
pengajaran, antara lain :
Teori
Daya, Teori strukturalisme,Teori Fungsionalisme,Teori Behaviorisme, Teori
Psikoanalisis, Teori Gestalt, telah berperan besar dalam mendorong lahirnya
teori pembelajaran sebut saja; Teori belajar behavioristik, Teori belajar
Kognitif, Teori belajar, Konstruktivistik, Teori kecerdasan ganda dan
lain-lain.
Peran penting psikologi dalam proses
pembelajaran adalah:
Memahami siswa sebagai pelajar. Memahami prinsip-prinsip dan teori
pembelajaran. Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran. Menetapkan
tujuan pembelajaran dan pengajaran. Menciptakan situasi pembelajaran dan
pengajaran yang kondusif. Memilih dan menetapkan isi pengjaran. Membantu
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Memilih dan alat bantu
pembelajaran dan pengajaran. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran,. Memahami
dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru. Membimbing perkembangan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ainurrahman,
Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Penerbit Alfabeta, 2010.
Arikunto,
Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta,
1993.
Arsyad,
A. , Media Pembelajaran, Jakarta:
Rajawali Pers, 2011.
Atmaja
Prawira, Purwa, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Jogyakarta:Ar-Ruzz
Media, 2012.
Mulyasa, Menjadi
Guru Profesional, Bandung : Rosda karya, 2005.
Nggermanto,
Agus, Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum, Bandung; Yayasan Nuansa
Cendikia, 2003.
Slameto,
Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta:Rineka Cipta,
2003.
Sugandi
, Achmad dkk. Belajar dan Pembelajaran, Semarang:IKIP PRESS. 2000.
-----------------------Teori
Pembelajaran, Semarang:UPT MKK UNNES, 2004.
Suprijono,
Agus, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM,
Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012.
Suyono
dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, Bandung:
PT. Rosdakarya, 2011.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar,
Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada, 1997.
-----------------------,
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Rosdakarya,
2013.
Htt://www.zainalhakimweb.id.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.2.
Latar Belakang
1.3.
Batasan Masalah
1.4.
Tujuan Penulisan
1.5.
Metode penulisan
1.6.
Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Pembelajaran dalam Aktifitas Pendidikan
2.2.
Unsur-unsur Pendukung Aktifitas Pembelajaran
2.3.
Berbagai Teori Psikologi Pendidikan dalam Aktifitas Pembelajaran
2.4.
Peranan Psikologi Pendidikan dalam Mendukung Keberhasilan Aktifitas
Pembelajaran
BAB III PENUTUP
Kesimpulan/Saran
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Agus Nggermanto, Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum,(Bandung; Yayasan
Nuansa Cendikia, 2003), 200.
[2]Agus
Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2012), IX.
[3] A.
Arsyad, Media
Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 3.
[4] Slameto, Belajar
Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta:Rineka Cipta, 2003), 5.
[5]
Ainurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung
: Penerbit Alfabeta, 2010), 35. UNESCO
telah mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat pilar
dalam kegiatan belajar ( A. Suhaenah Suparno, 2000 ) : 1. Learning to know.
Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar, dalam hal ini ada
tiga aspek : apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang belajar.2.
Learning to do. Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu
mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini
menekankan perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan dengan dunia kerja. 3.
Learning to live together. Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar
mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan
mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis. 4. Learning to be.
Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal. Setiap
individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dengan learning
to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan kelemahanya
dengan kompetensi-kompetensinya akan membangun pribadi secara utuh. Lihat
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar (Bandung:
PT. Rosdakarya, 2011), 29-34.
[6] Suharsimi
Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta,
1993), 12.
[7]
Ibid., 4.
[8] Achmad Sugandi,
dkk. Teori Pembelajaran (Semarang:UPT MKK UNNES, 2004), 25.
[9] Achmad Sugandi,
dkk. Belajar dan Pembelajaran (Semarang:IKIP PRESS. 2000), 27
[10] Muhibbin
Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada, 1997), 147.
[11] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung : Rosda
karya, 2005),162-184.
[12] Purwa Atmaja
Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru (Jogyakarta:Ar-Ruzz
Media, 2012), 51- 71.
[13]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT.
Rosdakarya, 2013), 15.
[14]
Htt://www.zainalhakimweb.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar